Beriman Kepada Takdir Dengan Benar Agar Tidak Salah Kaprah
Pertanyaan:
Assalamualaikum..
Ustadz saya mau bertanya. Bagaimanakah takdir dalam pandangan ahlussunnah?
Afwan, saya merasa masih bingung dalam memahaminya. Saya khawatir ketidaktahuan
saya mengenai pemahaman yang benar seputar takdir bisa mempengaruhi keimanan
saya. Mohon penjelasannya.. Jazakumullah khairan
Dari: Cahaya
Novia
Jawab:
Wa’alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh.
Pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat penting. Betapa tidak,
pertanyaan ini bertanya seputar salah satu rukun iman yang wajib kita yakini.
Yakni
“Beriman kepada Qada’ dan Qadar Allah” yang telah Allah dan RasulNya
tetapkan dalam hadits jibril, Rasul bersabda:
أَنْ تُؤْمِنَ
بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ،
وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Rukun iman
adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya,
rasul-rasulNya, hari kiamat, dan engkau beriman kepada takdirNya baik takdir
yang baik maupun takdir yang buruk” HR Muslim
Perlu
diketahui bahwasanya takdir memiliki bebarapa tingkatan yang wajib kita imani.
1- Beriman
dengan keimanan yang pasti dan kuat bahwasanya Allah mengetahui dengan segala
hal dari ciptaanNya. Allah mengetahui dengan apa yang ditakdirkan olehNya dan
bahwasanya ilmu Allah adalah azali dan abadi. Dia mengetahui dengan seluruh
ucapanNya dan perbuatanNya maupun perkataan hamabNya dan perbuatan mereka. Allah ta’ala berfirman:
لِتَعْلَمُوا
أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاَطَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عِلْماً
“Ketahuilah
bahwasanya Allah mampu atas segala sesuatu. Dan bahwasanya ilmu Allah meliputi
segala sesuatu” QS. At Thalaq: 12
2- Bahwasanya
Allah telah menulis seluruh takdir makhluk-makhlukNya pada lauh mahfudz 50.000
tahun sebelum diciptakan langit dan bumi. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda:
كَتَبَ اللهُ
مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Sesungguhnya
Allah telah menuliskan takdir-takdir para makhluk, 50.000 tahun sebelum Dia
menciptakan langit dan bumi” HR Muslim
Dalam riwayat
lain, beliau bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ
مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا
أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
“Sesungguhnya makhluk pertama yang Allah ciptakan adalah qalam. Maka Allah
berkata kepadanya: Tulislah. Qalam bertanya: Wahai Rabbku apa yang akan aku
tulis? Allah berfirman: “Tulislah takdir segala sesuatu sampai datangnya hari
kiamat” HR Abu Dawud
3- Beriman kepada kehendak Allah dan
keinginanNya. Baik yang berkaitan dengan perbuatanNya atau perbuatan
hamba-hambaNya. Allah berfirman:
وَلا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَداً* إِلَّا أَن يَشَاءَ
اللَّهُ
“Dan janganlah
engkau mengatakan sesungguhnya aku pasti akan melakukan hal tersebut di hari
esok, kecuali engau mengatakan jika Allah berkendak” QS. Al Kahfi: 23
Dan firman
Allah ta’ala:
وَيَفْعَلُ
اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Dan Allah
melakukan apa saja yang Ia kehendaki” QS Ar Ra’d: 26
4- Beriman
bahwasanya Allah menciptakan segala sesuatu dari makhluk-makhluknya. Baik dzat
mereka maupun sifat mereka dari perkataan mereka ataupun perbuatan mereka.
Segela sesutu selain Allah, maka Allah yang menciptakan seluruhnya. Allah
berfirman:
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ
وَمَا تَعْمَلُونَ
“Dan Allah
menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat” QS. Ash Shaffat: 96
Allah ta’ala
juga berfirman:
الَّذِي خَلَقَ
الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
“Dialah Allah
yang mencpitkan kematian dan kehidupan supaya menguji kalian siapakah diantara
kalian yang paling baik amalannya” QS. Al Mulk: 2
Pertanyaan seputar takdir yang sering dipertanyakan:
Kalau takdir
sudah ditetapkan baik kita senang ataukah duka, kaya ataukah miskin, masuk
surga ataukah masuk neraka, maka buat apa kita berusaha dan bersusah payah??
Toh, urusan kita sudah ditetapkan dan ditulis di lauhil mahfudz?
Jawab: Perlu
kita ketahui, selain Allah memiliki kehendak dan telah menulis takdir, Allah
juga memberikan kepada kita suatu kehendak. Yang mana dengan kehendak ini, kita
bisa memilih dan membedakan antara yang baik dan buruk. Akan tetapi kehendak
kita sendiri, berada dibawah kehendak Allah dan keinginanNya. Jadi tidak ada
tolak belakang dalam permasalahan ini.
Dalam nash
baik Al Quran dan hadits Allah dan Rasulnya menetapkan bahwasanya kita juga
memiliki kehendak dan keinginan, sehingga kita harus bekerja dan beramal. Hal
seperti ini juga pernah dipertanyakan oleh para sahabat kepada Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam. Rasul bersabda:
مَا مِنْكُمْ
مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ، وَمَقْعَدُهُ مِنَ
الجَنَّةِ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَلاَ نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا،
وَنَدَعُ العَمَلَ؟ قَالَ: «اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ، أَمَّا
مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ،
وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ
الشَّقَاوَةِ
“Tidak ada satu orangpun diantara kalian kecuali telah
ditulis tempatnya dineraka atau di surga. Para sahabat bertanya: Wahai
Rasulullah tidakkah kita bersandar saja kepada takdir yang telah ditulis dan
kita tidak perlu beramal? Rasul bersabda: “Beramallah, maka segala sesuatu
telah dimudahkan dengan apa yang telah ditetapkan untuknya. Adapun orang yang
telah ditetapkan untuk menjadi orang yang berbahagia maka akan dimudahkan
untuknya agar melakukan amalan orang-orang yang berbahagia. Dan adapun
orang-orang yang sengsara maka akan dimudahkan untuknya agar melakukan amalan
orang-orang yang sengsara” HR Bukhari Muslim
Jadi yang
perlu dicatat ketika kita beriman kepada takdir Allah adalah kita juga harus
berkehendak dan beramal dengan meyakini bahwasanya kehendak kita sudah
dikehendaki oleh Allah dan ditulis dalam lauhil mahfudz.
Contoh
mudahnya:
1- Ketika kita
lapar dan sangat lapar, apa yang akan kita lakukan?? Apa kita hanya diam diri
dan hanya bersandar kepada takdir tanpa mencari makanan?? Tentu tidak. Tentu kita
akan berkendak untuk mencari makanan dan pada akhirnya kita melakukannya. Dan
apa yang kita kehendaki dan kita perbuat, semuanya telah Allah takdirkan dan
inginkan. Allah berfirman:
وَمَا تَشَاءُونَ
إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ
“Dan apa saja yang kamu kehendaki kecuali hal itu
telah Allah kehendaki” QS. Al Insan: 30
2- Ketika
seseorang mengendarai sebuah mobil, dan dia menyalip kendaraan yang ada di depannya,
namun na’as ternyata didepannya terdapat mobil lain di jalur lawan yang
berhadapan. Akan tetapi di sebelah jalan terdapat tanah lapang dengan bram yang
tidak terlalu tinggi. Maka ada salah satu opsi dari 2 opsi yang akan dipilihnya:
- Dia bersandar
kepada takdir dengan mengatakan, “Saya serahkan saja kepada takdir. Toh juga
jika saya ditakdirkan untuk tabrakan dan kecelakaan maka saya tidak bisa
berbuat apa-apa. Maka saya diam saja tidak mengapa untuk tabrakan”.
Mungkinkah,
adakah orang waras seperti diatas???
Atau dia
memilih opsi ke dua
- Dia akan berusaha
untuk menghindar dari mobil yang ada di jalur lawan agar tidak terjadi
kecelakaan dengan membanting stir mobil ke tanah lapang yang ada di sebelah
jalan.
Tentu orang
yang waras adalah orang yang ke dua. Ini menunjukkan kita tetap memiliki masyi’ah
(kehendak) dan usaha. Walaupun kehendak kita tetap dibawah kuasa kehendak
Allah. Dan keinginan kita tetap dibawah takdir Allah.
Allahu a’lam
semoga bermanfaat.
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ustadz,
BalasHapuskalimat: "Adapun orang yang telah ditetapkan untuk menjadi orang yang berbahagia maka akan dimudahkan untuknya agar melakukan amalan orang-orang yang berbahagia. Dan adapun orang-orang yang sengsara maka akan dimudahkan untuknya agar melakukan amalan orang-orang yang sengsara"
berarti kita beramal saja, jika kita beramal kemaksiatan dan terasa semua lancar malah dunia semakin di tangan, apakah pertanda, kesengsaraan di akhirat adalah taqdir kita.
begitupun, jika kita beramal dengan kebaikan dan sangat mudah selalu ada jalan untuk beramal baik, itu pertanda, taqdir kita adalah kebahagian di akhirat.
bagaimana penjelasannya
Syukron.
barakallahu fiik
Adapun "jika seseorang sering mengamalkan ketaatan di dunia" itu adalah sebuah kepastian dia pasti termasuk ahli surga, maka ini adalah salah. Kita tidak bisa memastikan dia di surga tapi kita hanya berdoa dan berharap mudah-mudahan dia termasuk ahli surga disebabkan amalan ketaatan yang dilakukkannya. Begitu pula sebaliknya, dengan ahli maksiat kita tidak bisa memastikan dia adalah ahli neraka.
HapusMengapa? Karena kita tidak tahu di akhir hayatnya. Yang menjadi patokan adalah akhir hayatnya. Mari kita sama-sama simak hadits yang sangat memiliki sangkut paut dengan pertanyaan ini (takdir dan amalan).
Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمَاً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ المَلَكُ فَيَنفُخُ فِيْهِ الرٌّوْحَ، وَيَؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَالله الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنََّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَايَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
"Sesungguhnya salah satu dari kamu dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari sebagai bentuk air mani, kemudian menjadi gumpalan darah dalam 40 hari, kemudian menjadi gumpalan daging dalam 40 hari, Kemudian dikirimlah sebuah malaikat kemudian ditiuapkan di dalamnya ruh. Dan malaikat diperintahkan untuk menuliskan 4 perkara: Menulis rezekinya, ajalnya, amalannya, dan apakah dia bahagaia atau sengsara.Dan demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selainNya, sesungguhnya salah satu dari kalian mengerjakan amalan ahli surga sampai tidak ada jarak antara dia dan surga kecuali sejengkal saja, akan tetapi takdir telah mendahuluinya maka dia mengamalkan amalan ahli nerakan maka dia masuk neraka. Dan sesungguhnya salah satu dari kalian mengerjakan amalan ahli neraka sampai tidak ada jarak antara dia dan neraka kecuali sejengkal saja, akan tetapi takdir telah mendahuluinya kemudian mengerjakan amalan ahli surga maka dia memasukinya" HR Bukhari Muslim
Nah jadi bagaimana solusinya jika seperti itu? Agar iman kita tetap dan tidak berubah menjadi kufur?
Rasulullah telah memberi solusi yang tepat dalam sabdanya:
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
"Segeralah beramal sebelum datangnya sebuah fitnah seperti malam yang gelap. Seseorang masih beriman di pagi hari akan tetapi di sore hari dia telah kufur. Atau dia di sore hari masih beriman namun di pagi hari dia telah kufur. Dia menjual agamanya dengan harapan dunia" HR Muslim
Jadi solusinya adalah kita continue dan terus meneurs untuk beramal shalih, maka insya Allah kita akan dijaga oleh Allah. Allahu a'lam