01. Ad-Daa' Wa Ad-Dawaa' (Penyakit Dan Obatnya) [Daurah Kitab Lampung]
Pengantar Kajian Kitab Ad-Daa' Wa Ad-Dawaa' (Penyakit dan Obatnya)
Kajian ini merupakan sesi pengantar untuk kajian kitab "Ad-Daa' Wa
Ad-Dawaa'" (Penyakit dan Obatnya) karya Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Rahimahullah. Ustadz mengawali kajian dengan mengungkapkan rasa syukur karena
dapat mengisi kajian untuk pertama kalinya di Provinsi Lampung, tepatnya di
Masjid Al-Hayya, Bandar Lampung ([00:32]). Beliau menekankan
pentingnya semangat dalam menuntut ilmu dan tidak menjadikan halangan-halangan
kecil seperti hujan sebagai alasan untuk bermalas-malasan, meneladani semangat
dakwah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam ([02:12]).
Kajian ini diawali dengan membahas latar belakang penulisan kitab
"Ad-Daa' Wa Ad-Dawaa'," yang bermula dari sebuah pertanyaan dari
seseorang yang diuji dengan musibah besar yang merusak urusan dunia dan
akhiratnya ([07:07]).
Ustadz kemudian menguraikan hadis fundamental dari Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam yang menyatakan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidaklah
menurunkan suatu penyakit melainkan Dia juga menurunkan obatnya, kecuali satu
penyakit, yaitu tua (pikun dan renta) ([01:05:24], [01:21:22]).
Selanjutnya, dibahas bahwa kejahilan atau kebodohan juga merupakan
sebuah penyakit, dan obatnya adalah dengan bertanya kepada ahlinya (ulama) dan
semangat dalam menuntut ilmu, sebagaimana dicontohkan oleh para imam besar
seperti Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah ([01:30:01], [01:31:11]). Ustadz juga
menggarisbawahi bahwa Al-Qur'an merupakan penyembuh (syifa) yang paling utama,
baik untuk penyakit rohani maupun jasmani. Keampuhan Al-Qur'an sebagai obat
dibuktikan melalui kisah para sahabat yang merukiah seorang pemimpin kabilah
yang tersengat hewan beracun hanya dengan membacakan Surah Al-Fatihah hingga
sembuh total ([01:59:35]).
Terakhir, dijelaskan mengenai syarat-syarat agar pengobatan dengan
Al-Qur'an (ruqyah syar'iyyah) dapat efektif. Keefektifan ruqyah tidak hanya
bergantung pada ayat-ayat yang dibaca, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh dua
faktor utama: keyakinan dan penerimaan yang kuat dari orang yang diobati, serta
kekuatan iman dan tekad dari orang yang merukiah (peruqyah) ([02:20:14], [02:20:44]). Jika salah satu
dari dua faktor ini lemah, maka kesembuhan bisa jadi tertunda.
Faidah-Faidah Lengkap dan Detail Beserta Waktunya:
1. Pentingnya Semangat dalam Menuntut Ilmu dan Tidak Mudah Menyerah:
o
Setiap nikmat yang diberikan Allah
Subhanahu Wa Ta'ala, sekecil apapun, akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.
Hendaknya seorang Muslim tidak menjadikan halangan-halangan kecil (seperti
hujan) sebagai alasan untuk tidak menuntut ilmu ([01:43]).
o
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam, meskipun dalam kondisi sakit dan menggigil, tetap diperintahkan oleh
Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk bangkit dan berdakwah (Surah Al-Muddatthir).
Hal ini menjadi teladan agar kita tidak bermalas-malasan dalam beribadah dan
menuntut ilmu ([02:12]).
o
Kebiasaan tidur yang berlebihan
(misalnya total 10 jam dalam sehari) dianggap terlalu banyak dan menghabiskan
hampir setengah hari, padahal tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah
kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala ([04:15]).
2. Mengenal Kitab "Ad-Daa' Wa Ad-Dawaa'" dan Penulisnya:
o
Kitab "Ad-Daa' Wa Ad-Dawaa'"
(Penyakit dan Obatnya) merupakan karya monumental dari Imam Ibnul Qayyim
Al-Jauziyyah Rahimahullah, seorang ulama besar dari mazhab Hambali dan
merupakan murid kesayangan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah ([06:09]).
o
Penulisan yang benar adalah
"Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah" atau cukup "Ibnul Qayyim" saja
([06:17]).
o
Latar belakang penulisan kitab ini
adalah adanya pertanyaan dari seseorang yang diuji dengan musibah besar yang
merusak dunia dan akhiratnya, di mana setiap kali ia berusaha menolak musibah
tersebut, usahanya justru membuatnya semakin parah ([07:07]).
3. Prinsip Dasar Pengobatan dalam Islam: Setiap Penyakit Ada Obatnya:
o
Berdasarkan hadis shahih yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dan Imam
Muslim dari Jabir Radhiyallahu Anhu, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda: "Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit kecuali Allah juga
menurunkan obatnya." ([01:05:24]).
o
Bahkan penyakit ganas seperti kanker
pun diyakini memiliki obatnya, dan obat yang paling efektif adalah Al-Qur'anul
Karim. Di Jerman, terapi dengan murattal Al-Qur'an bahkan digunakan untuk
membantu penyembuhan kanker ([01:14:05]).
o
Sikap optimis dan prasangka baik
kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala sangat penting dalam menghadapi penyakit,
karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan
prasangka hamba tersebut kepada-Nya ([01:15:00]).
o
Satu-satunya penyakit yang tidak
memiliki obat adalah tua (al-haram), yaitu kondisi pikun dan fisik yang sudah
sangat renta. Ini adalah ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala bagi seluruh
makhluk-Nya ([01:21:22]).
o
Munculnya uban merupakan salah satu
peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala tentang dekatnya ajal dan merupakan
tanda penuaan. Sungguh tercela jika seseorang yang sudah beruban masih gemar
melakukan maksiat ([01:26:15],
[01:27:55]).
o
Siklus kehidupan manusia yang
diciptakan lemah, kemudian menjadi kuat di masa muda, dan kembali lemah di masa
tua, membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang sangat lemah di hadapan
Allah Subhanahu Wa Ta'ala ([01:29:05]).
4. Obat Penyakit Kejahilan (Kebodohan): Bertanya dan Semangat Belajar:
o
Kejahilan atau kebodohan adalah sebuah
penyakit, dan obatnya adalah dengan bertanya kepada ahlinya (para ulama) ([01:30:01]).
o
Para imam besar seperti Imam Malik,
Imam Asy-Syafi'i, dan Imam Ahmad Rahimahumullah pada awalnya juga tidak
mengetahui apa-apa, namun mereka memiliki semangat belajar yang luar biasa,
berbeda dengan kita yang seringkali malas ([01:30:22]).
o
Kisah semangat Imam Asy-Syafi'i
Rahimahullah yang telah hafal kitab Al-Muwatta' karya Imam Malik Rahimahullah
sebelum berguru kepadanya, bahkan beliau sampai mencatat ilmu di telapak
tangannya karena tidak memiliki kertas, menunjukkan semangatnya yang membara
dalam menuntut ilmu ([01:31:11]).
o
Pentingnya untuk mencatat ilmu yang
didapat, karena hafalan orang awam pada umumnya mudah hilang. Para ulama hadis
memiliki dua metode dalam menjaga hadis, yaitu dengan kekuatan hafalan dan
kekuatan catatan ([01:36:27],
[01:36:55]).
o
Berdasarkan hadis dari Jabir bin
Abdillah Radhiyallahu Anhu mengenai seorang sahabat yang meninggal karena salah
fatwa (dianjurkan mandi padahal sedang luka parah), Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda: "Mengapa mereka tidak bertanya jika mereka tidak
tahu?" Hal ini menunjukkan betapa bahayanya berfatwa tanpa didasari ilmu
([01:40:23],
[01:42:02]).
o
Mengucapkan "Allahu A'lam"
(Allah Lebih Mengetahui) ketika tidak mengetahui jawaban suatu permasalahan
adalah setengah dari ilmu ([01:43:09]).
o
Kisah Abdullah bin Abbas Radhiyallahu
Anhuma yang berhasil meraih kedudukan ilmu yang tinggi adalah karena beliau
memiliki "lisan yang gemar bertanya dan hati yang gemar berpikir" ([01:46:24]).
o
Berpikir dalam Islam menggunakan hati
(qalb/jantung), bukan hanya otak. Orang yang hatinya kotor (penuh penyakit
hasad, dengki, dll.) tidak akan lurus pemikirannya. Kebersihan hati lebih
penting daripada kecerdasan otak untuk dapat meraih ilmu yang bermanfaat ([01:47:12], [01:50:02]).
o
Pertanyaan yang diajukan hendaknya
pertanyaan yang bermanfaat, bukan pertanyaan yang tidak perlu atau hanya untuk
menguji dan menjatuhkan orang lain ([01:51:39]).
5. Al-Qur'an sebagai Penyembuh (Asy-Syifa):
o
Al-Qur'an merupakan sebab utama
kesembuhan bagi manusia ([01:52:59]).
o
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman
dalam Surah Fussilat ayat 44 bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk (hudan) dan sebab
kesembuhan (syifa) bagi orang-orang yang beriman ([01:53:06]).
o
Hikmah diturunkannya Al-Qur'an dalam
bahasa Arab adalah karena bahasa Arab bersifat jami' (ringkas namun
padat maknanya) dan mampu mencakup segala hal ([01:53:41]).
o
Banyak kaum Muslimin yang tidak mau
membuka Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup, atau membukanya namun tidak memahami
isinya, sehingga mereka tersesat ([01:56:29]).
o
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam pernah mengadukan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengenai kaumnya
yang menjadikan Al-Qur'an sebagai sesuatu yang ditinggalkan (mahjuro) ([01:57:33]).
o
Al-Qur'an juga berfungsi sebagai obat
untuk penyakit fisik dan rohani (kejiwaan) ([01:58:48]).
o
Hadis dari Abu Sa'id Al-Khudri
Radhiyallahu Anhu tentang rombongan sahabat yang berhasil merukiah seorang
tokoh kampung yang tersengat hewan beracun hanya dengan membacakan Surah
Al-Fatihah, dan tokoh tersebut sembuh total, menjadi bukti nyata keampuhan Al-Fatihah
sebagai ruqyah syar'iyyah ([01:59:35], [02:04:34]).
o
Para sahabat meminta upah berupa
kambing atas jasa ruqyah tersebut karena mereka tidak dijamu sebagai tamu. Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam membolehkan upah tersebut dan bahkan
meminta bagiannya, yang menunjukkan bahwa menerima upah dari hasil merukiah
adalah halal ([02:03:30],
[02:06:33]).
o
Surah Al-Fatihah adalah surah yang
paling agung di dalam Al-Qur'an, dan Ayat Kursi adalah ayat yang paling agung
di dalam Al-Qur'an ([02:08:08]).
o
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah secara
pribadi pernah mengobati dirinya sendiri di Mekah dengan membaca Surah
Al-Fatihah dan merasakan dampak kesembuhan yang menakjubkan. Beliau bahkan
menyarankan metode ini kepada orang lain yang sakit dan mereka pun sembuh ([02:11:23]).
o
Membaca Al-Qur'an adalah metode terapi
yang paling mudah, paling ringan, dan tidak membutuhkan biaya sama sekali ([02:10:46]).
o
Penyakit kejiwaan (seperti stres,
depresi, atau gila) rentan didekati oleh setan karena penderitanya cenderung
suka menyendiri. Dianjurkan untuk senantiasa berjamaah (seperti shalat
berjamaah atau mengikuti kajian ilmu) karena setan akan lebih jauh dari jamaah
dan lebih dekat dengan orang yang sendirian ([02:12:32]).
o
Waktu maghrib adalah waktu di mana
setan mulai menyebar, sehingga anak-anak harus ditahan di dalam rumah.
Sebaliknya, tengah malam adalah waktu di mana malaikat menyebar, dan suara ayam
berkokok di malam hari menandakan bahwa ayam tersebut melihat malaikat ([02:20:00]).
6. Syarat-Syarat Keefektifan Pengobatan dengan Al-Qur'an (Ruqyah):
o
Ayat-ayat Al-Qur'an, hadis-hadis,
zikir, dan doa memang merupakan sebab kesembuhan, namun agar efektif,
dibutuhkan penerimaan dan keyakinan yang kuat dari orang yang diobati ([02:20:14]).
o
Selain itu, dibutuhkan pula kekuatan
tekad dan pengaruh positif dari orang yang merukiah (peruqyah) ([02:20:44]).
o
Kisah Imam Ahmad bin Hanbal
Rahimahullah yang mengirimkan sandalnya untuk merukiah orang yang kesurupan,
dan jin tersebut takut padanya, menunjukkan betapa besar pengaruh dan kekuatan
iman seorang peruqyah ([02:21:02]).
o
Kisah Umar bin Khattab Radhiyallahu
Anhu yang sangat ditakuti oleh setan menunjukkan kekuatan dan ketegasan
imannya. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Tidaklah
Umar melewati sebuah jalan (lorong) kecuali setan akan mencari jalan yang lain
selain jalannya Umar." ([02:23:17], [02:24:23]).
o
Jika kesembuhan dari ruqyah tertunda,
hal itu bisa disebabkan oleh dua faktor utama:
§
Lemahnya pengaruh peruqyah: karena imannya
lemah, memiliki sifat penakut, banyak melakukan maksiat, atau suka berbuat
zalim ([02:32:25]).
§
Orang yang dirukiah tidak memiliki
keyakinan akan sembuh: ia bersikap pesimis dan menolak kesembuhan dari dalam
dirinya ([02:32:41]).
o
Dampak ini serupa dengan pengobatan
medis/kimiawi; jika pasien tidak yakin atau dokter kurang ahli atau salah
memberikan dosis, maka obat tersebut bisa jadi kurang berpengaruh ([02:34:30]).
o
Saat hendak merukiah, penting bagi
peruqyah untuk memberikan wejangan dan nasihat terlebih dahulu kepada pasien,
mengingatkan bahwa penyakit datangnya dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan
kesembuhan pun hanya datang dari-Nya ([02:35:12]).
7. Penutup dan Nasihat Akhir:
o
Ustadz berharap dapat melanjutkan dan
menuntaskan kajian kitab "Ad-Daa' Wa Ad-Dawaa'" ini di kesempatan
lain, karena dalam Islam ada prinsip untuk menuntaskan suatu pekerjaan yang
sudah dimulai ([02:35:51]).
o
Beliau menganjurkan jamaah untuk
memiliki kitab "Ad-Daa' Wa Ad-Dawaa'" dan rajin mencatat
faedah-faedah yang didapat, agar kitab tersebut tidak hanya menjadi pajangan
namun benar-benar dipelajari ([02:36:34]).
o
Dari Sesi Tanya Jawab:
§
Mengenai dai yang tidak
direkomendasikan: Hendaknya berhati-hati dan tidak cepat memvonis, karena
bisa jadi itu adalah bisikan setan untuk memecah belah umat. Selama dai
tersebut berada di atas sunnah dan memiliki rekam jejak yang baik, jangan mudah
terpengaruh dengan tuduhan negatif. Mengingat hadis tentang vonis kafir,
munafik, atau ahli bid'ah yang bisa kembali kepada orang yang memvonis jika
tuduhan tersebut tidak benar ([02:40:08]).
§
Mengenai amanah mengurus usaha kakak
yang sudah meninggal: Kewenangan dalam mengelola usaha tersebut (termasuk
mempekerjakan atau memberhentikan pegawai) bergantung pada akad awal antara
yang bertanya dengan almarhum kakaknya. Jika ia hanya sebagai pegawai, maka
usaha tersebut adalah harta warisan milik keluarga almarhum ([02:41:40]).
§
Mengenai ruqyah untuk penyakit
Skizofrenia: Disarankan untuk terus melanjutkan ruqyah secara kontinyu dan memiliki
keyakinan penuh akan datangnya kesembuhan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
merujuk pada hadis bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Pembahasan lebih
lanjut mengenai sebab-sebab tertundanya doa atau kesembuhan akan dibahas pada
pertemuan berikutnya ([02:42:58]).
Semoga rangkuman dan faidah-faidah ini memberikan manfaat yang besar.
0 komentar:
Posting Komentar