Kajian kitab
"Ad-Daa' Wa Ad-Dawaa'" karya Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Rahimahullah kali ini membahas secara spesifik mengenai kekuatan doa dalam
menghadapi berbagai kesulitan hidup dan rasa gundah gulana. Kajian ini diadakan
pada waktu yang tidak biasa, yaitu setelah shalat Ashar, menunjukkan pentingnya
memanfaatkan setiap kesempatan untuk menuntut ilmu ([00:14]).
Ustadz
mengawali dengan menjelaskan salah satu doa yang dibaca oleh Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam ketika beliau mengalami pusing dan gundah-gulana,
yaitu dengan mengangkat kepala ke langit dan mengucapkan "Ya Hayyu ya
Qayyum" (Wahai Zat Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri). Doa ini
merupakan obat yang ampuh bagi penyakit fisik maupun pikiran yang sedang penat
([02:29]). Dalam doa lainnya, "Ya Hayyu ya
Qayyum birahmatika astaghits" (Wahai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri
Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan), terkandung pelajaran
mengenai tawasul yang disyariatkan (masyru'), yaitu bertawasul dengan
nama dan sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala ([04:26]).
Selanjutnya,
dibahas mengenai hakikat ujian hidup yang pasti akan dialami oleh setiap
mukmin, sebagai cara Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk mengangkat derajat dan
menghapus dosa-dosa mereka ([21:57]). Beberapa doa yang diajarkan oleh para
nabi ketika menghadapi kesulitan juga dipaparkan, seperti doa Nabi Musa
Alaihissalam dan doa yang diajarkan kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu
([25:50], [26:56]). Salah satu doa yang paling komprehensif
untuk menghilangkan kesedihan dan kegundahan juga dijelaskan secara rinci, di
mana di dalamnya terkandung pengakuan akan keesaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala
dan permohonan agar Al-Qur'an dijadikan sebagai penyejuk hati ([30:28]).
Kisah
menakjubkan dari seorang sahabat bernama Abu Muallaq al-Anshari Radhiyallahu
Anhu yang diselamatkan dari perampok berkat doanya yang tulus menjadi bukti
nyata bahwa doa orang yang berada dalam kondisi terdesak (mutar) sangat
mudah dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala ([39:44], [56:26]). Terakhir, Ustadz meluruskan pemahaman
mengenai hubungan antara doa dan takdir. Doa bukanlah sesuatu yang menentang
takdir, melainkan bagian dari takdir itu sendiri. Allah Subhanahu Wa Ta'ala
telah menetapkan segala sesuatu beserta sebab-sebabnya, dan doa adalah salah
satu sebab terkuat untuk meraih apa yang diinginkan dan menolak apa yang tidak
disukai ([01:07:05]). Para sahabat
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sangat memahami konsep ini, sehingga
mereka begitu bersemangat dalam berdoa sekaligus berikhtiar ([01:21:16]).
Faidah-Faidah
Lengkap dan Detail Beserta Waktunya:
1.
Doa Saat Kesulitan dan Gundah-Gulana:
o Ketika Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam mengalami pusing atau rasa gundah-gulana, beliau
akan mengangkat kepalanya ke langit dan berdoa dengan sungguh-sungguh, salah
satunya dengan mengucapkan "Ya Hayyu ya Qayyum" (Wahai Zat Yang Maha Hidup
dan Maha Berdiri Sendiri). Doa ini dapat menjadi obat bagi penyakit fisik
maupun pikiran yang sedang penat ([02:29]).
2.
Tawasul yang Disyariatkan (Masyru'):
o Doa Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam, "Ya Hayyu ya Qayyum birahmatika
astaghits" (Wahai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, dengan
rahmat-Mu aku memohon pertolongan), menunjukkan contoh tawasul yang
disyariatkan, yaitu bertawasul (mengambil perantara) dengan nama dan
sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala ([04:26]).
o Tawasul terbagi
menjadi tiga jenis: tawasul masyru' (disyariatkan, seperti dengan nama
Allah, amal saleh, atau meminta doa orang saleh yang masih hidup), tawasul bid’i
(bidah, seperti tawasul dengan kedudukan nabi), dan tawasul syirki
(syirik, seperti meminta kepada orang yang sudah meninggal). Penting untuk
memahami perbedaan ini agar tidak terjerumus pada kesyirikan ([04:57]).
3.
Ujian Hidup dan Perlindungan dari Tetangga Buruk:
o Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam menghadapi ujian hidup yang sangat berat, dan
umatnya pun pasti akan diuji oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kesabaran adalah
kunci dalam menghadapi segala cobaan, termasuk ujian dari tetangga yang
berakhlak buruk ([06:35]).
o Terdapat doa khusus
untuk memohon perlindungan dari tetangga yang buruk: "Allahumma inni
a'udzubika min jaris su'" (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
tetangga yang berakhlak buruk) ([07:29]).
4.
Hikmah di Balik Musibah dan Sakit:
o Musibah dan ujian
adalah cara Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk mengangkat derajat dan menghapus
dosa-dosa seorang mukmin. Bahkan duri kecil yang menusuk kaki pun dapat menjadi
sebab terhapusnya dosa ([21:57]).
o Saat sakit, seorang
mukmin harus senantiasa optimis. Jika ia meninggal dalam keadaan sakitnya, ia
akan mendapatkan pahala syahid (tergantung jenis penyakitnya dan kesabarannya).
Jika ia sembuh, maka dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala
([22:40]).
o Ketika menjenguk
orang sakit atau bertakziah, hendaknya selalu mengucapkan hal-hal yang baik dan
mendoakan kebaikan, karena malaikat akan mengamini setiap ucapan yang keluar
dari lisan kita ([24:30]).
5.
Doa-doa Para Nabi Saat Menghadapi Kesulitan:
o Nabi Musa
Alaihissalam mengajarkan doa yang bisa dihafal dan diamalkan saat menghadapi
kesulitan: "La ilaha illallahul azimul halim, la ilaha illallah rabbul
arsyil azim, la ilaha illallah rabbus samawati saba' wa rabbul ardi wa rabbul
arsyil karim." ([25:50]).
o Ali bin Abi Thalib
Radhiyallahu Anhu diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
sebuah doa saat menghadapi kesulitan: "La ilaha illallahul halimul karim,
subhanallahi wa tabarakallahu rabbul arsyil azim, walhamdulillahi rabbil
alamin." ([26:56]).
6.
Jumlah Nama-Nama Allah (Asmaul Husna) Lebih dari 99:
o Jumlah nama-nama
Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang baik (Asmaul Husna) tidak hanya terbatas pada 99
nama, tetapi lebih banyak dari itu dan hanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang
mengetahui jumlah pastinya. Angka 99 merujuk pada nama-nama yang disebutkan
secara khusus dalam hadis, namun masih banyak nama-nama lain yang disembunyikan
oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam ilmu gaib-Nya ([28:15]).
7.
Doa Penghilang Kesedihan dan Gundah yang Komprehensif:
o Terdapat doa yang
sangat agung yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
untuk menghilangkan kesedihan dan kegundahan: "Allahumma inni abduk, ibnu
abdika, ibnu amatika, nasiibi biyadika, madhin fi hukmuka, 'adlun fi qadha'uka.
As'aluka bikulli ismin huwa laka sammayta bihi nafsaka aw anzaltahu fi kitabika
aw 'allamtahu ahadan min khalqika aw ista'tharta bihi fi 'ilmil ghaibi 'indaka
an taj'alal Qur'ana rabial qalbi, wa nura sadri, wa jala'a huzni, wa dzahaba
hammi." (Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba
laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu.
Hukum-Mu berlaku padaku. Ketetapan-Mu adil padaku. Aku memohon kepada-Mu dengan
segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau
Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada salah seorang dari
makhluk-Mu, atau Engkau simpan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu, agar Engkau
menjadikan Al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, pelenyap
kesedihanku, dan penghilang kegelisahanku). Barangsiapa membaca doa ini, Allah
Subhanahu Wa Ta'ala akan menghilangkan kesedihannya dan menggantikannya dengan
kebahagiaan ([30:28]).
o Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan umatnya untuk menghafal dan
mempelajari doa penghilang kesedihan ini karena manfaatnya yang sangat besar ([36:55]).
8.
Manfaat Bertasbih Saat Ditimpa Musibah:
o Para nabi senantiasa
bertasbih (mengucapkan "Subhanallah") ketika mereka ditimpa musibah
yang berat. Ucapan tasbih juga dianjurkan untuk diucapkan saat kita mendapatkan
atau melihat sesuatu hal yang tidak disukai ([38:40]).
9.
Kisah Abu Muallaq al-Anshari dan Doa yang Dikabulkan Saat
Terdesak:
o Seorang pedagang yang
juga ahli ibadah, Abu Muallaq al-Anshari Radhiyallahu Anhu, pernah dirampok dan
diancam akan dibunuh. Ia meminta izin untuk melaksanakan salat empat rakaat
terlebih dahulu. Dalam sujud terakhirnya, ia berdoa dengan doa yang sangat tulus:
"Ya Wadud, Ya Wadud, Ya Dzal Arsyil Majid, Ya Fa'aalul lima yurid,
As'aluka bi'izzatikal ladzi la yuram, wa mulkikal ladzi la yudham, wa binurika
alladzi mala'a arkana arsyika, an takfiyani syarra hadzal lish. Ya Mughits,
aghitsni." (Wahai Dzat Yang Maha Pengasih, Wahai Dzat Yang Maha Pengasih,
Wahai Pemilik 'Arsy yang Mulia, Wahai Dzat Yang Maha Melakukan apa yang
dikehendaki-Nya. Aku memohon kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu yang tidak
terkalahkan, dengan kerajaan-Mu yang tidak terampas, dan dengan cahaya-Mu yang
memenuhi pilar-pilar 'Arsy-Mu, agar Engkau melindungiku dari kejahatan perampok
ini. Wahai Dzat Yang Maha Penolong, tolonglah aku). Doa ini ia ulang sebanyak
tiga kali, dan seketika itu juga Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengutus seorang
malaikat penunggang kuda untuk menolongnya dan membunuh perampok tersebut ([39:44]).
10.
Pengabulan Doa Saat Kondisi Darurat (Mutar):
o Doa orang yang berada
dalam kondisi darurat atau sangat terdesak (mutar) lebih mudah untuk
dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hal ini karena dalam kondisi
tersebut, seseorang akan berdoa dengan penuh kejujuran, kepasrahan, dan
mengesampingkan segala bentuk kesyirikan. Bahkan jika yang berdoa adalah orang
kafir, doanya bisa dikabulkan karena faktor keterdesakan ini ([56:26]).
o Terkabulnya doa di
sekitar kuburan orang-orang yang dianggap saleh bukanlah karena keramatnya
kuburan tersebut, melainkan seringkali karena kondisi pemohon yang sedang
sangat terdesak. Jangan menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah atau perayaan,
karena hal tersebut dapat menjerumuskan pada kesyirikan ([01:00:51]).
11.
Doa sebagai Senjata Mukmin dan Syarat Keefektifannya:
o Doa dan permohonan
perlindungan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala diibaratkan seperti sebuah
senjata. Kekuatan senjata ini sangat bergantung pada tiga hal: kesempurnaan
senjata itu sendiri (doa yang sesuai syariat), kekuatan orang yang memegangnya
(keimanan dan keyakinan pemohon), dan tidak adanya penghalang (seperti dosa dan
maksiat) ([01:04:28]).
12.
Hubungan Antara Doa dengan Takdir:
o Doa bukanlah sesuatu
yang bertentangan dengan takdir, melainkan merupakan bagian dari takdir Allah
Subhanahu Wa Ta'ala itu sendiri. Takdir Allah Subhanahu Wa Ta'ala memang sudah
ditetapkan, tetapi ditetapkan beserta sebab-sebabnya. Doa adalah salah satu sebab
terkuat untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan menolak apa yang tidak
disukai ([01:07:05]).
o Terdapat takdir yang
tercatat di lauhil mahfuz yang tidak akan pernah berubah, dan ada pula
takdir yang dicatat oleh para malaikat (seperti rezeki, ajal, amal, dan nasib
kebahagiaan/kesengsaraan) yang bisa berubah dengan sebab-sebab tertentu,
seperti silaturahim yang dapat memanjangkan umur atau sedekah yang dapat
menolak bala ([01:18:49]).
o Para sahabat Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sangat memahami konsep ini, sehingga
mereka begitu bersemangat dalam berdoa sekaligus berikhtiar karena mereka yakin
bahwa takdir Allah Subhanahu Wa Ta'ala ditetapkan dengan sebab-sebabnya, dan
doa adalah salah satu sebab yang sangat kuat ([01:21:16]).
Semoga rangkuman dan faidah-faidah ini memberikan manfaat yang besar.